Kegiatan penambangan intan dapat
mempengaruhi sifat fisika, kimia, serta biologi tanah maupun air, melalui
pengupasan tanah lapisan atas penambangan, pencucian, serta pembuangan tailing.
Dengan demikian sifat tanah asli atau semula berubah menjadi sifat tanah
tailing.
Sistem penambangan intan di Kecamatan
Cempaka Banjarbaru adalah menggunakan sistem “dumping”, yaitu suatu cara
penambangan dengan mengupas tanah permukaan yang kemudian dilanjutkan dengan
penggalian, namun setelah selesai penambangan, lapisan tanah atas (top soil)
tidak dikembalikan ke tempat asalnya. Secara fisik, keadaan lokasi bekas
tambang sangat buruk, berupa lubang-lubang besar mirip seperti danau dan
dikelilingi tumpukan-tumpukan tanah bekas galian, seperti bukit-bukit kecil
yang tidak beraturan. Dengan kondisi demikian, apabila areal bekas tambang
tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, maka sangat sulit dalam
pengelolannya.
Untuk
mengembalikan kualitas bekas areal sehingga dapat dijadikan lahan pertanian
memerlukan investasi yang sangat besar, yang sebenarnya kewajiban penambang.
Penambangan intan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya
dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.
Pembongkaran lahan secara besar-besaran juga menyebabkan terjadinya bentang
alam (morfologi dan topografi), yaitu perubahan sudut pandang dan bentuk
lereng. Pengupasan, penimbunan tanah penutup dari penggalian sumber daya alam
menimbulkan perubahan pada drainase, debit air sungai, dan kualitas permukaan
pada saat hujan. Aspek tersebut adalah:
1. Aspek
Hidrologi
Pada
musim hujan, mata air keluar di banyak tempat pada lembah- lembah di kaki
bukit, tetapi pada musim kemarau sebagian besar dari mata air tersebut kering
karena di sepanjang bukit sebagian besar sudah gundul. Pada beberapa lembah
yang agak dalam dan datar sering ditemukan rawa atau genangan air yang cukup
besar terutama di musim hujan. Genangan-genangan tersebut mempunyai kenampakan
air yang bermacam-macam, dengan warna cokelat karena keruh, warna kehijauan
sampai warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di dalam kolam-kolam
tersebut juga beragam
2. Aspek
Geologi
Tumpukan
batuan penutup (overburden) yang dibiarkan tertutup secara tidak teratur bukaan
tambang menghasilkan bukit-bukit kecil dan lubang-lubang. Demikian juga bekas
bukaan yang tidak ditutup kembali juga akan menghasilkan lubang yang akan
terisi oleh air hujan. Kenyataan di lapangan yang banyak terdapat kolam berisi
air hujan, mengindikasikan bahwa timbunan tanah bekas galian bersifat kedap
air, resapan air hujan untuk membentuk sistem air tanah sangat kecil.
3. Erosi
Tanah
Erosi
tanah bersifat permanen dan merupakan salah satu dampak utama dan aktifitas
penambangan. Erosi tanah menimbulkan dampak lanjutan yaitu menurunnya kesuburan
tanah di lahan terbuka sekitar lubang tambang dan sedimentasi sungai. Sedimen
hasil erosi tanah diangkut oleh aliran air larian (runoff) masuk ke dalam
sungai pada di ujung tekuk lereng dalam daerah tadah (catchment area).
4. Longsoran
Tanah
Longsoran
(overburden) dan waste rock dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa
sedimentasi sungai. Karena jumlah overburden da waste rock cukup banyak. Hal
ini berdampak negative terhadap lingkungan yang bersifat permanen.
5. Sedimentasi
Sungai
Sedimentasi
dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian yang masuk
ke dalam sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan dampak yang
signifikan, tetapi sedimentasi belum tentu mempunyai dampak yang signifikan.
Sedimentasi sungai selain ditentukan oleh jumlah sedimentasi yang masuk ke
sungai, juga ditentukan oleh factor-faktor hidrologi sungai, seperti kecepatan
arus, pola arus sungai, kelandaian dasar sungai dan morfologi dasar sungai.
6. Gangguan
Estetika Lahan
Kegiatan
pertambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka. Lokasi
kegiatannya berderet-deret di daerah perbukitan yang memberikan pemandangan
deretan lahan terbuka berwarna cokelat, kontras dengan daerah bervegetasi yang
Nampak hijau. Perubahan bentuk lahan dan kerusakan lainnya Nampak jelas dari
kejauhan yang terlihat jelas karena letaknya yang cukup tinggi. Hal ini akan
menimbulkan gangguan terhadap estetika lahan yang harmonis.
7. Pencemaran
Sungai
Seperti
aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia, pertambangan intan di Kalsel juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup parah. Kegiatan
eksploitasi, lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali –apalagi
dilakukan reklamasi— telah mengakibatkan terjadinya kubangan air dengan
kandungan asam yang sangat tinggi. Limbah yang dihasilkan dari proses pencucian
mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya.
Pembiaran lubang-lubang bekas galian yang ditinggalkan begitu saja dan
pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan tersebut seperti debu,
rembesan air asam tambang dan limbah pencuciannya terjadi di hampir semua
lokasi pertambangan dan bahkan mencemari air/sungai yang dimanfaatkan oleh
warga. Akibat pengelolaan yang buruk ini
terjadi kerusakan lingkungan dan kehancuran ekosistem di banyak tempat, praktek
pelanggaran terhadap hak-hak rakyat, perampasan sumber kehidupan rakyat, dan
penghancuran nilai-nilai dan budaya masyarakat adat/lokal. Pengelolaan, hingga
eksploitasi yang mestinya dapat meningkatkan harkat, martabat, dan
kesejahteraan bagi rakyat Kalimantan Selatan malah justru sebaliknya
menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah, peminggiran terhadap
masyarakat lokal/adat dan kemiskinan. Saat ini pertambangan intan telah
menghancurkan sumber daya alam di Kalsel. Aktivitas pertambangan terbuka yang
telah menghabiskan tutupan lahan mengancam keberadaan daerah aliran sungai
(DAS). Sekitar 50 persen DAS di Kalsel airnya sudah keruh, karena pengaruh
kegiatan pertambangan terbuka yang menimbulkan erosi. Secara kasat mata, akibat
pertambangan terbuka di atasnya, mengakibatkan kondisi DAS di Kalsel cukup
mengkhawatirkan. Banjir pun kerap mengancam. Akibatnya, saat hujanvdebit air
yang melimpah tidak dapat tertampung lagi, sehingga DAS semakin menyempit
setelah terpengaruh longsoran atau erosi tanah dari atas lahan yang sudah
ditambang.
Kesimpulan
·
Intan/berlian adalah mineral yang secara
kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena
memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan
kemampuannya mendispersikan cahaya.
·
Proses penambangan intan dilakukan
dengan cara tradisional dengan menggunakan dulang juga dengan cara modern
dengan menggunakan mesin penyedot.
·
Ada dua macam cara orang berjualan intan
di Marapura ini. Yang pertama, dijual
di pusat pertokoan permata, Cara yang
kedua adalah yang dikenal di kota Martapura dengan sebutan
Pembalantikan Intan.
·
Penambangan intan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya
dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, dan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://jalanjalanterus.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar