Pages

Selasa, 10 Juni 2014

KONTROL PENYALAAN LAMPU DAN BEL PADA PABRIK MENGGUNAKAN AT89S51

        Sekilas mengenai rangkaian dan program ini yaitu disini terdapat 2 komponen utama, yaitu program pada delphi dan rangkaian minimum sistem AT 89S51. Program pada delphi berfungsi sebagai seting waktu kapan lampu dan bel harus menyala. Untuk rangkaian minimum sistem berguna sebagai saklar atau antarmuka dari program delphi yang ada di komputer dengan lampu dan bel yang berada pada tempatnya. Untuk menghubungkan antara PC dengan minimum system menggunakan PARALEL PORT. 


1.      Alat dan Bahan yang digunakan
Alat:
a.       Power Supply                                      1 Buah
b.      Solder                                                  1 Buah
c.       Solder Atractor                                   1 Buah
d.      Pinset                                                  1 Buah
e.       Project Board                                      1 Buah
f.       AVOmeter                                          1 Buah
Bahan:
a.       IC Mikrokontroler AT89S51              1 Buah
b.      Resistor 10 Ω                                      5 Buah
c.       Resistor 330Ω                                     2 Buah
d.      LED                                                    12 Buah
e.       Relay 12V                                           2 Buah
f.       Kabel                                                   2 meter
g.      Timah                                                  1 meter
h.      PCB polos                                           1 Buah
i.        Push Button                                        8 Buah
j.        Buzzer                                                 1 Buah
k.      IC 7805                                               3 Buah
l.        Transistor TIP 41                                9 Buah

2.      Diagram Blok
  

3.      Gambar rangkaian 



4.      Prinsip Kerja Rangkaian
 Rangkaian ini  terdiri dari dua rangkaian yaitu timer dan pengontrol. Timer bekerja dengan menggunakan program  Delphi7 yang didalam programnya terdapat dua settingan waktu yaitu untuk lampu listrik dan bel. Dalam mensetting waktu dilakukan satu kali yaitu pada saat program dijalankan. Untuk setting penyalaan lampu pada pukul 17.00 dan untuk mematikan  lampu pada pukul 06.00. Sedangkan untuk setting penyalaan bel pada pukul 08.00 (bel tanda masuk), pukul 12.00 (bel tanda istirahat) dan pukul 17.00 (bel tanda pulang).
Rangkaian pengontrol menggunakan IC Mikrokontroler AT89S51 yang program didalamnya menggunakan bahasa assembly. Didalam program tersebut terdapat dua program utama yaitu program  menyalakan dan mematikan  lampu  secara bergantian serta program menyalakan bel. Program tersebut akan bekerja berdasarkan inputan yang diberikan. Inputan berasal dari timer yang menggunakan program Delphi7 dan dijalankan  pada PC komputer. Output dari PC komputer dihubungkan dengan port paralel (DB25) dengan mengambil pin 2 dan 3 sebagai output dan ground (GND). Pin 2 dan 3 kemudian dihubungkan dengan rangkaian driver berupa transistor dan relay. Fungsi dari relay ini untuk memberikan logika 0 pada kaki P3.0 dan P3.1 pada IC Mikrokontroler.
Apabila program Delphi7 dijalankan dan rangkaian pengontrol dinyalakan maka rangkaian akan berjalan. Bila pin 2 pada DB25 berlogika 1, maka rangkaia driver akan berjalan dan P3.0 akan berlogika 0. Pada saat belogika 0, maka program pada IC mikro akan berjalan dan meng-ONkan driver sehingga lampu listrik akan menyala secara bergantian. Bila pin 2 pada DB25 berlogika 1 lagi, maka rangkaian driver akan berjalan dan P3.0 akan berlogika 0 lagi. Pada saat belogika 0, maka program pada IC mikro akan berjalan dan meng-OFFkan rangkaian driver sehingga lampu listrik akan mati secara bergantian.  Hal ini berlaku pada program penyalaan bel. Bila pin 3 pada DB25 berlogika 1, maka rangkaia driver akan berjalan dan P3.1 akan berlogika 0. Pada saat belogika 0, maka program pada IC mikro akan berjalan dan meng-ONkan driver sehingga bel akan menyala beberapa detik dan mati lagi. Hal ini akan berulang sesuai dengan settingan pada program Delphi7.


5.   Flow Chart Program

 
 sumber: http://dom2ngelmu.blogspot.sg/2011/11/kontrol-penyalaan-lampu-dan-bel-pada.html
 

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA YAGI ½ λ

Antena Yagi adalah salah satu contoh antena yang banyak dipakai oleh masyarakat. Antena Yagi terdiri dari antena dipole lipat (folded dipole) setengah gelombang (½λ) yang ditambah pemantul (reflector) dibelakangnya dan beberapa pengarah (director) di depannya. Pada frekuensi UHF (Ultra High Frequency) biasanya digunakan antena Yagi yang menggunakan reflektor bidang sudut. Bidang sudut di sini maksudnya adalah suatu permukaan baik berupa jala-jala dari kawat alumunium maupun dari permukaan berupa lembaran alumunium yang membentuk bidang sudut. Dari uraian di atas timbul permasalahan adakah perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF jenis Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dengan antena UHF jenis Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium padat pada daerah berpenghalang (deep fringe area).
Rumus perkiraan untuk menghitung panjang elemen dan spacing antena Yagi dua elemen adalah sebagai berikut :
Untuk mendapatkan panjang gelombang (λ) berlaku persamaan
λ = c/f, dengan c = 3.108 meter/detik.
Driven elemen 145 / f (dalam MHz) meter.
Director 137 / f (dalam MHz) meter.
Spacing 36.6 / f (dalam MHz) meter.
Jarak masing-masing elemen pada antena Yagi adalah sebagai
berikut :
Jarak reflektor ke driver = 0,35λ
Jarak driver ke direktor 1 = 0,14λ
Jarak direktor 1 ke direktor 2 = 0,18λ
Jarak direktor 2 ke direktor 3 = 0,25λ
Jarak direktor 3 ke direktor 4 = 0,27λ
Jarak direktor 4 ke direktor 5 = 0,30λ
Panjang driver adalah ½ λ, dengan λ adalah c/f. Jadi ½ (c/f) atau ½ (3 . 108)/f = 150/f meter, frekuensi dalam MHz. Ini adalah panjang listrik atau panjang ruang bebas bagi antena tersebut (electrical length/free space length). Antena terbentang antara tanah dan udara. Antena membutuhkan penyekat terhadap tanah. Udara dan penyekat menyebabkan efek kapasitif sehingga mempengaruhi kecepatan rambat gelombang elektromagnet. Oleh karena itu, panjang antena ½ λ dikoreksi dengan faktor K menjadi (150 K/f) meter dan ini adalah panjang mekanik (LDE) atau panjang fisik antena (physical length). Besar nilai K dapat dilihat pada grafik 1, yaitu tergantung pada besar perbandingan ½ λ terhadap diameter batang konduktor (bahan antena). Semakin besar diameter batang konduktor, semakin kecil perbandingan ½ λ terhadap diameter batang konduktor, dan semakin kecil nilai K, sehingga ukuran panjang antena semakin pendek.
Antena Yagi menggunakan antena dua kutub yang selanjutnya disebut driven element, ditambah dengan beberapa elemen parasitik. Elemen parasitik berguna untuk menaikkan efisiensi daya dan 
mengarahkan radiasi pada satu sisi.
 
                                
Gambar Desain perancangan antena yagi ½ λ

Elemen parasitik terdiri dari elemen pemantul dan elemen-elemen pengarah. Elemen pemantul berfungsi untuk memantulkan sebagian energy ke antena dua kutub. Sedangkan elemen pengarah berfungsi untuk mengarahkan sebagian energi ke antena dua kutub. Untuk penggunaan pada UHF, elemen reflektor tunggal Yagi biasanya digantikan dengan sebuah permukaan pemantul bidang (plane reflecting surface), baik yang berupa sebuah permukaan rata atau suatu sudut dari dua permukaan. Permukaan yang memantulkan ini dapat berupa logam padat, atau dapat juga berupa jala-jala kawat atau suatu jaringan batang-batang logam yang saling dihubungkan. Dengan reflektor sudut diperoleh keterarahan yang sedikit lebih tajam.

sumber:http://suandno.blogspot.sg/2012/09/perancangan-dan-pembuatan-antena-yagi.html
 

Blogger news

Blogroll